DPR
Minta Audit Pembelian Pesawat Merpati dari Cina
Hal itu
diungkapkan Wakil Ketua Komisi V DPR, Yoseph Umarhadi di sela-sela rapat
paripurna DPR di Gedung DPR/MPR RI Jakarta ,
Senin (9/5). Yoseph mengaku kaget saat mengetahui pesawat terbang jenis MA 60
milik Merpati Nusantara Airlines yang jatuh di Teluk Kaimana, Papua Barat,
tidak memiliki sertifikasi FAA. Pasalnya, rekomendasi tersebut merupakan salah
satu syarat sebuah maskapai untuk mengoperasikan pesawat. Politikus dari FPDIP
ini menyatakan, adanya alasan bahwa tidak diperlukan rekomendasi FAA, dan cukup
sertifikasi dari otoritas lokal di China
dan Indonesia ,
hanya alasan semata
“Kita tidak
boleh mengorbankan keselamatan. Waktu kita dilarang terbang ke Eropa, Eropa kan juga minta
rekomendasi dari FAA. Jadi itu sudah menjadi acuan internasional,” tutur Yoseph
Yoseph
mengatakan, informasi sementara yang diterimanya, penyebab kecelakaan pesawat
Merpati MA–60 itu disebabkan gangguan cuaca yang buruk di daerah setempat,
sehingga mengganggu jarak pandang penerbangan. Namun, pihaknya tidak akan
percaya begitu saja atas informasi tersebut. Menurut Yoseph , ia
yakin BMKG telah melakukan tugasnya dengan baik
"Sekarang
mesti diungkap juga jika BMKG telah memberikan informasi atas cuaca buruk,
namun realitasnya di lapangan pihak Merpati tetap melakukan penerbangan, ini
yang mesti
jelas
Karenanya
Komisi V dalam waktu dekat ini jelas akan memanggil dan meminta penjelasan
pihak Merpati," ujar politisi PDIP ini
Anggota DPR
RI dari Gerindra Ahmad Muzani juga mendesak pimpinan DPR RI untuk
menyurati pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk mengaudit pembelian pesawat
Merpati dari Cina. "Dari hasil penyelidikan KNKT soal harga, BPK dorong
selidiki harga dan pimpinan DPR surati lembaga itu," kata Muzani
Muzani
menilai pembelian pesawat dari Cina, Xian MA-60 oleh PT Merpati Nusantara
Airline itu janggal karena pesawat dan perusahaan tersebut tidak memiliki
sertifikat Federal Aviation Administration (FAA). Ia menambahkan, bila dalam
temuan KNKT, terdapat kejanggalan, baik secara teknis maupun dari sisi
anggaran, maka pemerintah sebaiknya membatalkan sisa pembelian pesawat Merpati
dari Cina itu
"DPR
harus dorong KNKT untuk melakukan penyelidikan. Bila ditemukan kejanggalan,
terutama pembelian maka 13 pesawat dari 15 yang sudah dipesan dibatalkan saja
pembeliannya," kata Muzani
Anggota
Komisi V DPR RI dari Fraksi Golkar Roem Kono menyebutkan, pernyataan mantan
Wakil Presiden Jusuf Kalla yang telah melarang pembelian pesawat dari Cina
adalah signal bahwa produk dari Cina tidak memiliki kualitas. Adanya pembelian
pesawat dari Cina membuktikan bahwa tidak ada koordinasi di pemerintahan
"Ada sesuatu yang aneh,
terjadi perbedaan pendapat. Wakil Presiden (waktu itu Jusuf Kalla sudah
melarang, tapi tetap dijalankan dan itu membuktikan tidak koordinasi sama
sekali," ujarnya
Lebih
disayangkan lagi, kata Roem, pembelian pesawat buatan Cina tersebut karena Indonesia
mampu memproduksi pesawat sendiri dan memiliki sertifikat FAA. "Kenapa
percaya barang-barang Cina, kenapa tak kembangkan produk sendiri? Kenapa kita
beli barang dari Cina yang murah, tapi tanpa
kualitas
sama sekali," kata Roem mengingatkan
0 comments:
Post a Comment